" HIDUPLAH DALAM PERDAMAIAN DENGAN SEMUA ORANG "

Rabu, 09 Januari 2008

Menjadi Ibu Rumah Tangga, Bagaimanakah Rasanya?

Sejak kecil aku tidak pernah bercita-cita menjadi ibu rumah tangga, yang sering aku ucapkan adalah ingin menjadi orang yang sukses sehingga apapun keinginan kita bisa kita dapatkan. Itulah anak-anak, terlalu banyak berkhayal yang indah-indah. Seiring bertambahnya usia, aku ingin cepat bekerja dan menghasilkan uang. Mungkin ini bagian dari cita-cita masa kanak-kanak tadi. Melihat orang punya uang banyak terbayang apapun bisa dibeli.

Manusia hanya bisa berencana namun akhirnya kehendak Tuhanlah yang menentukan dan kita kadangkala selalu terbawa pada kejadian yang kurang disukai. Tidak sesuai dengan cita-cita. Tapi apa boleh buat kita hanya bisa mensyukuri apa yang sudah diterima.

Pada akhirnya aku menjadi seorang ibu rumah tangga penuh, dalam artian mengabdikan seluruhnya untuk keluarga.Meski aku sempat bekerja lebih dari 10 tahun sejak selepas dari Sekolah Menengah Atas. Aku tahu banyak orang meremehkan dan menganggap rendah seorang ibu rumah tangga, rasanya lebih gagah dan percaya diri menjadi wanita karir dengan pakaian resmi tidak berkutat dengan pekerjaan rumah yang harusnya jadi porsi pembantu.

Bila aku menjadi ibu rumah tangga ini bukan pilihan tapi satu keterpaksaan karena selalu terbentur masalah pembantu, masalah klasik. Menghadapi pembantu yang susah-susah gampang, dikerasi tidak kerasan terlalu baik malah seenaknya. Akhirnya karena cape hati saya terpaksa mengurus rumah dan anak-anak sendiri, sebab aku tidak mempunyai keluarga yang bisa diandalkan dan dimintai bantuan.

Awal menjadi ibu rumah tangga tentu saja amatlah tidak mudah.Bingung harus berbuat apa di rumah, menghadapi anak-anak yang rewel tambah senewen. Hidup rasanya kacau balau. Perlahan tapi pasti aku berusaha menyesuaikan diri dengan pekerjaan rumah dan anak-anak. Syukurlah semua sudah berjalan sangat normal sampai dengan saat ini.

Dari semua yang ku alami aku mengambil kesimpulan bahwa menjadi ibu saja sangat sulit apalagi dirangkap dengan kata rumah tangga, alias ibu rumah tangga..

Seorang ibu haruslah tahan banting terhadap segala kesulitan meskipun jatuh harus bisa bangkit lagi, karena ibu penyemangat keluarga. Anak-anak yang biasanya putus asa biasanya disemangati oleh ibu meskipun dalam hati ibu sendiri kadang juga kurang yakin. Tapi ibu harus terlihat tegar. Berusaha tetap tersenyum meskipun dalam hati menangis ketika mendengar keluh kesah anak-anak.

Seorang ibu juga harus bisa hidup hemat, pintar mengatur uang keluarga. Apalagi dalam situasi ekonomi seperti saat ini. Mendahulukan keperluan anak-anak, bersedia berkorban segala hal demi anak-anaknya.

Seorang ibu juga harus ringan tangan, melayani anak-anaknya apalagi di kala anak sakit. Yang paling repot dan bingung pastilah ibu. Seorang ibu pasti dengan sabar dan penuh kasih menjaga anak-anaknya tanpa memperdulikan dirinya sendiri. Tapi bila ibu sakit ia haruslah bisa menyembuhkan dirinya sendiri. Karena setiap hari ibu ada dirumah untuk keluarga, maka ketika ia sakit biasanya kurang mendapat perhatian dan pelayanan. Jadi ibu biasanya berusaha melayani dirinya sendiri dalam situasi seperti apapun.

Tidak ada yang tau berapa banyak air mata yang sudah dikeluarkan seorang ibu baik air mata kesedihan maupun air mata bahagia melihat anak-anaknya berhasil, atapun air mata kesepian karena beban yang ditanggung.

Jadi bagaimanakah rasanya menjadi seorang ibu rumah tangga? Menjadi ibu rumah tangga berarti menjadi ibu yang siaga lebih banyak waktu dirumah, tidak mencari nafkah tambahan. Tentu lebih berat lagi, terkurung oleh pekerjaan rumah yang monoton tidak bisa terlalu banyak beraktifitas untuk kesenangan pribadi. Bisa dibayangkan, sangat membosankan !

Pekerjaan ini bagaimanapun harus terima dengan lapang dada dan bangga oleh seorang ibu sebab tidak semua wanita bisa dan mau melakukannya. Lebih berat daripada pekerjaan di kantor. Mungkin itu pula yang dilakukan oleh ibu kita dulu yang kurang kita rasakan. Manusia memang selalu seperti ini, kalau tidak merasakannya sendiri kurang mengerti dan memahami.