" HIDUPLAH DALAM PERDAMAIAN DENGAN SEMUA ORANG "

Sabtu, 08 Desember 2007

ALAH BISA KARENA BIASA

Bagaimana caranya kita mengajarkan anak untuk menguasai bidang yang kita sendiri tidak menguasainya?

Aku mempunyai 2 orang anak yang kini beranjak remaja, yang pertama perempuan berumur 15 tahun sedang kedua laki-laki berumur 10 tahun.

Dulu aku sangat ingin anakku bisa bermain piano, kubayangkan sangat anggun; seorang wanita bisa bermain musik apalagi alat musik piano, tapi aku ragu akan keinginanku karena keluarga besarku sebelumnya tidak ada yang bisa memainkan alat musik.

Tapi dengan modal nekat aku masukkan anak pertamaku ke kursus musik, saat itu usianya masih 3,5 tahun, masih playgroup, yang untuk baca tulis pun belum bisa dilakukannya dengan baik.

Saat pertama kali ikut kursus, ikut kelas anak-anak KMA namanya. Disana diajarkan menyanyi, bermain musik dengan gaya anak-anak. Karena aku masih bekerja di kantor jadi terpaksa deh pakai pembantu untuk mengantarkannya mengikuti kursus tersebut. Awalnya sih lancar-lancar saja semua bisa dilakukan dengan mudah. Cukup pembantu membawa alat perekam, jadi aku bisa mendengar ulang materi kursus tadi dibantu sedikit catatan dari pembantu. Makin lama jenjang kursus pasti naik tingkat kan? Akhirnya anakku sampai pada tingkat dimana dia harus belajar mengarang lagu setahap demi setahap. Si anak mulai kesulitan, akupun cukup kesulitan. Lalu aku konsultasikan pada seorang guru akan kesulitan yang aku alami. Jawaban yang aku dapat kurang memuaskan. Katanya pada tingkatan ini memang sangat mustahil bisa sukses kalau orang tua tidak bisa mengantar sendiri anaknya, sebab yang mengantar pun masih kesulitan, apalagi tidak diantar, bagaimana bisa mengajarkan pada si anak?

Untungnya waktu itu aku tak patah semangat, aku putuskan mencoba terlebih dulu kalau mampu aku lanjut, kalau tidak ya terpaksa mundur.

Syukurlah dengan tekad yang kuat aku disiplinkan untuk lebih mandiri dan lebih banyak belajar, semua pendapat guru tersebut tidak terbukti. Memang aku juga harus belajar teori musik lebih giat lagi, agar bisa mengajarinya, walaupun aku sama sekali tidak bisa bermain semua alat musik. Nah dengan bekal teori musiklah aku meyakinkan si anak, bahwa aku pun bisa mengajarinya dan aku harus meyakinkan diriku bahwa aku bisa melakukan ini semua.

Akhirnya ketika dikelas 6 SD anakku bisa mandiri untuk latihan sendiri dan sudah menguasai cukup baik sehingga aku hanya tinggal mengawasinya saja. Perlahan tapi pasti semua itu menjadi jadwal tetap, tanpa disuruh pun dia latihan sendiri.

Kini adiknya juga mulai mengikuti jejak kakaknya belajar piano mandiri dan cukup disiplin. Mungkin karena melihat contoh dari kakaknya.

Kedua anak tersebut memang tidak istimewa dan tidak mempunyai prestasi yang luar biasa, tapi bagiku itu sudah bagus, karena apa, karena aku sendiri buta akan musik. Lumayanlah, yang sulung sudah sampai di grade 5 Yamaha, sedangkan adiknya mulai bermain cukup baik.

Aku hanya ingin sharing bahwa kita tidak perlu ragu, bila ingin anak kita bisa main piano atau apapun, sedangkan kita sendiri tidak bisa. Modal yang utama sesungguhnya adalah dukungan kita kepada anak kita, sebab jika kita malas, apalagi anak kita. Pasti tambah malas. Anak-anak kita yang masih kecil itu mempunyai otak yang cerdas asal kita mendukung sepenuh hati, maka kita akan sampai pada tujuan. Namun, semuanya memang tidak bisa berhasil dalam waktu sekejap, memerlukan waktu dan kesabaran.

Kebanyakan kegagalan disebabkan:

  1. Kurang sabar mendukung anak kita, karena ingin cepat mendapat hasilnya.
  2. Malas mendampingi anak ketika berlatih, karena kita tidak mengerti dan alasan lainnya, sebagai alasan pembenar.
  3. Kurang disiplin mengarahkan waktu latihan pada anak. Bukankah kedisiplinan adalah buah dari kebiasaan yang dilakukan terus-menerus?
  4. Terlalu mudah menyerah, ketika menghadapi kesulitan.
Semoga pengalaman ini bisa memberikan manfaat bagi Anda yang (mungkin) sedang mengalami/menghadapi dilema seperti yang aku alami.